Webinar tentang musim hujan

FITB akan menyelenggarakan webinar lagi. Kali ini Prodi Meteorologi yang menginisiasi.

  • Apa yang akan dibahas: Kapan musim hujan akan datang?
  • Kapan: Sabtu, 28 Oktober 2023, pukul 9.00-11.00
  • Tempat: Ruangan virtual Zoom
  • Mendaftar ke mana: https://bit.ly/WebinarHujan

Hujan sudah mulai turun

Mengukur curah hujan adalah kunci dalam menentukan awal musim kemarau atau awal musim hujan.

Penentuan musim hujan dan musim kemarau dikaitkan dengan jumlah curah hujan yang terjadi di suatu wilayah. Musim hujan umumnya ditandai dengan curah hujan yang tinggi, sedangkan musim kemarau ditandai dengan curah hujan yang rendah.

Faktor-faktor seperti peredaran bumi, suhu permukaan laut, dan pergerakan massa udara dapat mempengaruhi jumlah curah hujan dalam suatu wilayah. Posisi bumi dalam orbitnya dapat menyebabkan perbedaan suhu yang memicu pergerakan massa udara. Ketika massa udara yang lembap bergerak ke wilayah yang lebih dingin, terjadi kondensasi dan pembentukan awan yang kemudian menyebabkan hujan. Sebaliknya, ketika massa udara yang kering bergerak ke wilayah yang lebih hangat, curah hujan menjadi rendah dan terjadi musim kemarau.

Jumlah curah hujan juga dapat dipengaruhi oleh pola angin dan topografi suatu wilayah. Misalnya, wilayah yang berada di dekat pegunungan cenderung memiliki curah hujan yang lebih tinggi karena angin yang naik di lereng pegunungan menyebabkan udara menjadi lebih dingin dan terkondensasi menjadi awan hujan.

Dengan memahami jumlah curah hujan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kita dapat lebih memahami penentuan musim hujan dan musim kemarau di berbagai wilayah.

Materi Prof. Dwikorita (BMKG)

  • Menyusul

Materi Prof. Eddy Hermawan (BRIN)

Tautan ke salindia di Speakerdeck.

Materi Dasapta Erwin Irawan (ITB)

Tautan ke salindia.

Bagaimana musim ditentukan?

Musim hujan dan kemarau adalah dua periode dalam satu tahun yang ditandai dengan perbedaan jumlah curah hujan. Musim hujan adalah periode dengan curah hujan rata-rata per dasarian (10 hari) lebih dari 50 mm. Sementara itu, musim kemarau adalah periode dengan curah hujan rata-rata per kurang dari 50 mm. 

Definisi musim hujan dan kemarau berdasarkan jumlah curah hujan

Berikut adalah definisi musim hujan dan kemarau berdasarkan jumlah curah hujan:

  • Musim hujan

Periode dengan curah hujan rata-rata per dasarian lebih dari 50 mm.

    – Periode dengan total curah hujan minimal 150 mm dalam tiga dasarian berturut-turut.

    – Periode dengan curah hujan dasarian pertama lebih dari 50 mm.

  • Musim kemarau

    – Periode dengan curah hujan rata-rata per dasarian kurang dari 50 mm.

    – Periode dengan total curah hujan kurang dari 150 mm dalam tiga dasarian berturut-turut.

    – Periode dengan curah hujan dasarian pertama kurang dari 50 mm.

Referensi

  1. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2023). Prakiraan Musim Hujan dan Kemarau Tahun 2023. Jakarta: BMKG.
  2. Kementerian Pertanian. (2023). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Pertanian. Jakarta: Kementerian Pertanian.
  3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (PHP). (2023). Pedoman Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Hutan. Bogor: PHP.

Ringkasan

  • Musim hujan dan kemarau adalah dua periode dalam satu tahun yang ditandai dengan perbedaan jumlah curah hujan. 
  • Definisi musim hujan dan kemarau berdasarkan jumlah curah hujan digunakan karena curah hujan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan musim hujan dan kemarau.
  • Satuan waktu yang digunakan dalam penentuan musim adalah `dasarian`.

Di atas disebut “dasarian”, apa artinya?

 Dasarian dalam Analisis Curah Hujan

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu:

  • Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10
  • Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20
  • Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Dasarian digunakan dalam analisis curah hujan untuk mengelompokkan data curah hujan berdasarkan periode waktu yang lebih pendek. Hal ini dilakukan untuk mempermudah analisis dan interpretasi data.

Manfaat Dasarian dalam Analisis Curah Hujan

Dasarian memiliki beberapa manfaat dalam analisis curah hujan, antara lain:

  • Mempermudah analisis dan interpretasi data: Dengan mengelompokkan data curah hujan berdasarkan dasarian, data dapat dianalisis dan diinterpretasi dengan lebih mudah dan akurat.
  • Meningkatkan resolusi waktu: Dasarian dapat meningkatkan resolusi waktu data curah hujan, sehingga perubahan curah hujan dapat dianalisis dengan lebih detail.
  • Meningkatkan akurasi prediksi: Dasarian dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi prediksi curah hujan, terutama untuk prediksi curah hujan jangka pendek.

Contoh Penggunaan Dasarian dalam Analisis Curah Hujan

Dasarian dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam analisis curah hujan, antara lain:

  • Menentukan awal dan akhir musim hujan dan kemarau: BMKG menggunakan kriteria curah hujan rata-rata per dasarian untuk menentukan awal dan akhir musim hujan dan kemarau di Indonesia.
  • Menganalisis pola hujan tahunan: Data curah hujan dasarian dapat digunakan untuk menganalisis pola hujan tahunan di suatu wilayah.
  • Memprediksi curah hujan di masa mendatang: Model prediksi cuaca dapat menggunakan data curah hujan dasarian untuk memprediksi curah hujan di masa mendatang.
  • Mengevaluasi kinerja sistem irigasi: Data curah hujan dasarian dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja sistem irigasi.
  • Melakukan mitigasi bencana: Data curah hujan dasarian dapat digunakan untuk melakukan mitigasi bencana, seperti banjir dan kekeringan.

Referensi

  1. Bmkg. (2023, October 26). Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 di Indonesia | BMKG. Retrieved from https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg.
  2. Kementerian PUPR. (2023). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang. Jakarta: Kementerian Pertanian.
  3. Sallata, M. K. (2015). Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan Keberadaannya Sebagai Sumber Daya Alam. Buletin Eboni, 12(1), 75–86. doi: 10.20886/buleboni.5056.

Ringkasan

  • Dasarian merupakan alat yang penting dalam analisis curah hujan. 
  • Dengan menggunakan dasarian, data curah hujan dapat dianalisis dan diinterpretasi dengan lebih mudah dan akurat.

Hujan lebat pertanda El-Nino berakhir

Ya, hujan lebat dapat menjadi salah satu tanda berakhirnya El Nino. El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Pemanasan ini menyebabkan pergeseran pusat pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur. Akibatnya, curah hujan di Indonesia menurun.

Ketika El Nino mulai berakhir, suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur akan mulai mendingin. Hal ini menyebabkan pusat pertumbuhan awan kembali bergeser ke wilayah Indonesia. Akibatnya, curah hujan di Indonesia akan meningkat.

Berikut adalah beberapa referensi yang mendukung pernyataan di atas:

Namun, perlu diingat bahwa hujan lebat tidak selalu merupakan tanda berakhirnya El Nino. Hujan lebat juga dapat terjadi karena faktor lain, seperti monsun atau La Nina. Untuk memastikan apakah El Nino telah berakhir, perlu dilakukan analisis data cuaca dan iklim secara menyeluruh.

Ringkasan

  • Hujan lebat dapat menjadi salah satu tanda berakhirnya El Nino. 
  • Namun, perlu diingat bahwa hujan lebat juga dapat terjadi karena faktor lain. 
  • Untuk memastikan apakah El Nino telah berakhir, perlu dilakukan analisis data cuaca dan iklim secara menyeluruh.

Mengapa prakiraan cuaca dapat keliru?

Mengapa prediksi cuaca sering salah?

Berikut adalah beberapa alasan mengapa prediksi cuaca sering salah, berdasarkan 3 referensi:

  1. Atmosfer adalah sistem kompleks yang sulit untuk dimodelkan. Atmosfer terdiri dari banyak variabel, seperti suhu, tekanan, kelembapan, dan angin. Variabel-variabel ini terus berubah dan berinteraksi satu sama lain dengan cara yang kompleks. Sulit bagi komputer untuk meniru semua interaksi ini dengan sempurna, sehingga model prediksi cuaca sering kali tidak akurat.
  2. Data cuaca yang digunakan untuk membuat prediksi mungkin tidak akurat atau tidak lengkap. Model prediksi cuaca membutuhkan data cuaca yang akurat dan lengkap untuk menghasilkan prediksi yang akurat. Namun, data cuaca yang tersedia mungkin tidak akurat atau tidak lengkap, terutama di daerah yang jarang penduduknya atau memiliki stasiun cuaca yang terbatas.
  3. Prediksi cuaca jangka panjang lebih sulit dibuat daripada prediksi cuaca jangka pendek. Prediksi cuaca jangka panjang, seperti prediksi musim hujan dan kemarau, lebih sulit dibuat daripada prediksi cuaca jangka pendek, seperti prediksi cuaca harian. Hal ini karena prediksi cuaca jangka panjang harus memperhitungkan lebih banyak variabel, seperti perubahan iklim.

Berikut adalah beberapa referensi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ini:

Kesimpulan

  • Prediksi cuaca sering salah karena berbagai alasan, termasuk kompleksitas atmosfer, keterbatasan data cuaca, dan sulitnya membuat prediksi cuaca jangka panjang.
  • Namun, teknologi prediksi cuaca terus berkembang dan akurasi prediksi cuaca semakin meningkat dari waktu ke waktu.
  • Baca juga: [[Hujan lebat pertanda El-Nino berakhir]]?


You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

EnglishIndonesia